RIBUAN ORANG SAMBUT ACARA MALAM SATU SURO


Solo - Ribuan orang mengikuti upacara tradisi kirab malam 1 Sura di di Puro Mangkunegaran, Keraton Surakarta, Kota Solo, Senin (10/9) malam. Satu Sura sendiri adalah hari pertama atau perayaan tahun baru dalam kalender Jawa. Penanggalan kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung ini mengacu pada penanggalan Hijriah. Sehingga tanggal 1 Suro ini dilaksanakan bertepatan dengan tahun baru hijriah 1 Muharram.

Tradisi kirab ini digelar dengan cara berjalan beriringan mengelilingi Puro Mangkunegaran, Solo. Dalam acara kirab ini, turut dikirab empat pusaka keraton Solo. Keempat pusaka ini yakni tiga pusaka jenis tombak dan satu pusaka berada di dalam jodang atau berbentuk kotak penyerupai rumah kecil.

Peserta kirab mengenakan pakaian jawa (beskap) untuk yang laki-laki, dan kebaya bagi yang perempuan. Pakaian yang dikenakan mayoritas berwarna hitam. Acara kirab dimulai dari kawasan Pendapi Ageng Puro Mangkunegaran.


Barisan kirab diawali oleh pihak keluarga, disusul pihak kerabat, hingga abdi dalem Puro Mangkunegaran. Tampak juga sejumlah tamu undangan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, Mantan Panglima TNI Jenderal (Pur) Gatot Nurmantyo, Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, dan Anggota DPR RI, Ario Bimo juga ikut kirab berjalan tanpa alas kaki mengelilingi Puro Mangkunegaran.

Menurut panitia Kirab Malam Sura Mangkunegaran, Joko Pramudyo, Puro Mangkunegaran melaksanakan kirab malam 1 Suro sesuai kalender resmi pemerintah, pada Senin malam ini.

"Mangkunegaran juga memiliki penanggalan sendiri yang mengacu pada penanggalan Sultan Agung. Dalam penanggalan itu, malam Sura memang selisih satu hari dengan Tahun Baru Muharram sesuai penanggalan pemerintah," jelasnya, seperti dikutip Antara.


Menurut dia, Mangkunegaran menggunakan kalender tersebut ada beberapa alasan yakni salah satunya Mangkunegaran merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga memilih menggunakan penanggalan resmi pemerintah.

Menurut Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dirinya merasakan ikut upacara tradisi dengan mengelilinging Puro Mangkunegara sambil berdoa berzikir bersama peserta lainnya.

"Saya bukan pertama kali ikut tradisi ini, tetapi di Keraton memang baru pertama. Namun, saya sebagai rakyat biasa sudah sering keluar setiap malam 1 Sura," ujarnya.

Kendati demikian, ia mengingatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan yang ada. Hal itu, yang mengangkat harkat martabat Bangsa Indonesia dengan tradisi-tradisi leluhur.

"Mangkunegaran ini, perlu dicatat pada 1757, Raden Mas Said sudah melakukan perlawanan terhadap musuh karena tidak keadilan dan penghinaan," tambahnya.

Pusaka setelah dikirabkan keliling Istana Puro Mangkunegaran kemudian dikembalikan diserahkan kepada KGPAA Mangkunagoro IX untuk disimpan, dan ribuan orang pengunjung yang memadati pendopo Puro Mengkunegaran kemudian berebut untuk mendapatkan air yang untuk mensucikan pusaka sebagai berkah.

KGPAA Mangkunagoro IX juga membagikan ribuan bungkus nasi untuk masyarakat sebagai gambaran makan bersama antara pemimpin dengan rakyatnya. Selain itu, acara dilanjutkan KGPAA Mangkunagoro IX bersama keluarga memberikan uang dengan disebar di depan pendopo Puro Mangkunegara yang diusambut ribuan orang masyarakat yang menunggu sejak sore hari.

Yanto (48) salah satu warga asal Boyolali sengaja datang ke Mangkunegaran untuk mendapatkan berkah berupa uang recehan baik logam maupun kertas. "Saya ikuti upacara tradisi ke Puro Mangkunegara untuk mencari berkah," katanya.

Artikel Terkait

RIBUAN ORANG SAMBUT ACARA MALAM SATU SURO
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email